7 min read

Digitalisasi & Teknologi Industri Asuransi di Indonesia

Meningkatkan efisiensi industri asuransi dengan transformasi digital dan aplikasi asuransi

Mekari Insight

  • Industri asuransi di Indonesia kini sedang menghadapi berbagai tantangan untuk meningkatkan efisiensi demi margin yang tetap terjaga di tengah peningkatan klaim oleh nasabah.
  • Insurtech dengan aplikasi asuransi sebagai ‘mesin utamanya’ dapat menjadi solusi atas kebutuhan tersebut.
  • Mekari menawarkan solusi bisnis asuransi terintegrasi yang dapat membuat proses kerja asuransi secara end-to-end menjadi lebih efisien dan seamless.

Industri asuransi kini sedang berpacu untuk menutup celah efisiensi di tengah klaim yang terus meningkat dan tekanan regulasi yang semakin ketat.

Klaim kesehatan di Indonesia naik 16,4% YoY pada 2024 menjadi Rp24,18 triliun. Bahkan, health claim ratio dalam lini asuransi jiwa ini sempat menembus 105,7% pada paruh pertama 2024. – AAJI, dikutip dari Kontan.

Oleh karena itu, perusahaan asuransi di Indonesia perlu solusi agar margin tidak terus tergerus, time-to-claim menjadi lebih cepat, dan kepatuhan tetap terjaga.

Digitalisasi dan penggunaan teknologi seperti insurtech dan aplikasi asuransi dapat menjadi jawaban.

Lantas, bagaimana cara menerapkannya dalam industri asuransi di Indoensia? Simak selengkapnya.

Memahami Industri Asuransi di Indonesia

Industri asuransi adalah sektor jasa keuangan yang berfungsi sebagai mekanisme perlindungan terhadap risiko untuk individu atau entitas (tertanggung) oleh perusahaan asuransi (penanggung) dengan membayar sejumlah premi.

Bisnis asuransi memiliki dua fungsi utama, yaitu:

  • Manajemen risiko: Memberi kepastian dan perlindungan finansial ketika risiko muncul agar arus kas tetap terjaga.
  • Penghimpunan dana: Mengumpulkan premi dan menginvestasikannya kembali untuk membantu pemenuhan klaim dan mendorong aktivitas ekonomi.

Misalnya, sebuah pabrik menggunakan jasa asuransi dan membayar premi setiap bulan untuk melindungi aset tetap berupa gudang. Lalu, gudang itu mengalami kebakaran. 

Maka, pabrik tersebut dapat mengajukan klaim dan perusahaan asuransi akan membantu menanggung kerugian finansial, seperti biaya untuk perbaikan dan penggantian stok.

Jenis Produk Utama di Indonesia

Jenis produk asuransi
Sumber: Jaminson Agency
  • Asuransi jiwa: Memberi jaminan kepada ahli waris atau keluarga tertanggung saat terjadi risiko kematian.
  • Asuransi kesehatan: Menanggung biaya layanan medis agar stabilitas finansial tertanggung tetap terjaga saat menjalani perawatan.
  • Asuransi umum (kendaraan, properti): Memberikan perlindungan finansial untuk aset-aset berharga terhadap risiko kerugian, kerusakan, maupun kehilangan.
  • Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI/Unit Link): Menggabungkan perlindungan finansial dari asuransi jiwa dengan investasi. Jadi, perusahaan asuransi akan mengalokasikan sebagian dana kontribusi untuk berinvestasi ke berbagai instrumen yang tersedia.

Perkembangan Industri Asuransi di Indonesia

Dalam beberapa tahun terakhir, pasar asuransi Indonesia bergerak ke arah yang lebih inklusif dan efisien.

Pergerakan ini terlihat melalui beberapa tren berikut:

1. Peningkatan Kesadaran Proteksi

Pascapandemi Covid-19, masyarakat semakin menyadari pentingnya asuransi, khususnya asuransi jiwa.

Data AAJI menunjukkan bahwa sepanjang semester 1 tahun 2024, total tertanggung industri asuransi jiwa meningkat 28,4% dan mencapai 113,68 juta orang.

Angka tersebut kembali mengalami pertumbuhan menjadi 123,7 juta orang pada semester I-2025, meningkat 8,8%.

Data-data tersebut menunjukkan tren yang sangat positif dalam industri asuransi di Indonesia.

2. Pergeseran ke Kanal Distribusi Digital

Selain kesadaran masyarakat, prospek industri asuransi yang cerah juga diperkuat dengan peningkatan kinerja penjualan produk asuransi melalui saluran digital.

AAJI mencatat bahwa selama periode Januari – September 2024, pendapatan premi dari salah satu kanal distribusi digital, yakni e-commerce, meningkat sebesar 36,1% menjadi 0,13 triliun.

Pergeseran ini sejalan dengan Roadmap Pengembangan dan Penguatan Industri Perasuransian yang disusun oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 

Berdasarkan Roadmap tersebut, diprediksi kanal digital akan berkontribusi hingga 45% dari total penjualan produk asuransi pada 2027.

3. Munculnya Produk Asuransi Mikro

Banyak penyedia asuransi mulai mendesain produk yang lebih terjangkau untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Beberapa contoh produk asuransi mikro yang sudah muncul di pasaran adalah:

  • Asuransi jiwa mikro: Perlindungan finansial untuk ahli waris atas meninggalnya tertanggung asuransi dengan premi yang lebih terjangkau, mulai premi tunggal Rp50 ribu hingga premi bulanan Rp25 ribu.
  • Asuransi kecelakaan mikro: Santunan sebesar Rp100 ribu per hari jika tertanggung mengalami kecelakaan dan harus menjalani rawat inap dengan premi tahunan sebesar Rp100 ribu – Rp200 ribu.
  • Asuransi kesehatan darurat mikro: Penggantian biaya rawat jalan darurat hingga Rp6 juta dengan premi tahunan Rp50 ribu – Rp200 ribu.
  • Asuransi rumah mikro: Menawarkan jaminan untuk rumah dari berbagai risiko dengan premi Rp50 ribu pertahun. Manfaat yang ditawarkan adalah santunan sebesar Rp15 juta dan tambahan Rp5 juta jika tertanggung meninggal dunia.
  • Asuransi tempat usaha mikro: Perlindungan untuk tempat usaha atas risiko kebakaran, tertabrak kendaraan, ledakan tabung gas, terkena petir, dan kejatuhan pesawat dengan premi Rp40 ribu per tahun. Jika risiko terjadi, maka tertanggung akan mendapat santunan sebesar Rp5 juta.

Munculnya produk-produk asuransi mikro ini menunjukkan tren yang positif karena industri asuransi akan menjadi semakin luas dan inklusif.

Faktor yang Memperkuat Industri Asuransi

Industri yang kuat lahir dari fondasi internal yang sehat dan ekosistem yang mendukung. Kedua faktor tersebut saling mendukung satu sama lain.

Faktor Internal Perusahaan

Faktor dari dalam perusahaan menentukan ketahanan operasional dan kualitas layanan kepada nasabah.

  • Permodalan yang Kuat (Solvabilitas): Kemampuan perusahaan membayar klaim pada berbagai skenario penting untuk menopang kepercayaan pasar.
  • Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG): Manajemen yang transparan dan akuntabel dapat mengurangi kesalahan dan mempercepat pengambilan keputusan.
  • Inovasi Produk: Pengembangan manfaat dan skema premi yang relevan penting untuk memenuhi kebutuhan pasar yang dinamis.
Baca Juga: 7 Strategi Bersaing dalam Bisnis dan Cara Menyusunnya

Faktor Eksternal (Ekosistem)

Kondisi ekosistem memengaruhi kecepatan adopsi, perluasan pasar, dan arah pertumbuhan industri.

  • Peningkatan Literasi Keuangan: Semakin banyak masyarakat yang paham manfaat asuransi dapat meningkatkan jumlah pengguna jasa.
  • Regulasi yang Mendukung: Kebijakan dan Roadmap OJK dapat mendorong pertumbuhan yang sehat serta transformasi digital dan perlindungan konsumen.
  • Stabilitas Ekonomi: Pertumbuhan kelas menengah sebagai target pasar utama dapat meningkatkan daya beli dan memperluas basis nasabah potensial.
  • Adopsi Teknologi: Digitalisasi penting untuk meningkatkan efisiensi operasional dan jangkauan layanan.

Transformasi Digital: Munculnya Insurtech & Aplikasi Asuransi

Digitalisasi di industri asuransi berjalan dengan memanfaatkan insurtech dan aplikasi asuransi dalam seluruh proses bisnis.

Insurtech (insurance technology) adalah penggunaan teknologi canggih untuk mengoptimalkan proses bisnis asuransi, mulai dari akuisisi nasabah hingga klaim dan pelaporan.

Inovasi ini kemudian memanfaatkan aplikasi asuransi sebagai ‘mesin’ operasional untuk mengalirkan alur kerja secara end-to-end agar jadi lebih cepat, transparan, dan terukur.

Aplikasi asuransi membantu workflow insurtech dalam hal:

  • Akuisisi Nasabah: Mempermudah pembelian polis secara online melalui software asuransi atau situs web.
  • Layanan Polis: Pengguna dapat melihat detail polis, membayar premi, dan melakukan top-up investasi.
  • Proses Klaim: Mempercepat dan menyederhanakan proses pengajuan klaim. Pengguna cukup mengunggah dokumen untuk melakukannya.
  • Layanan Tambahan: Berikan berbagai manfaat lain seperti konsultasi dokter online dan gaya hidup sehat untuk meningkatkan keterlibatan pelanggan.

Untuk menunjang dan meningkatkan kemampuan aplikasi asuransi, penyedia insurtech mulai menggabungkan dengan teknologi pendukung lain, seperti:

  • Kecerdasan buatan (AI): Membantu insurtech menganalisis risiko dan mendeteksi fraud. AI juga dapat memberikan rekomendasi langkah yang dapat diambil saat risiko dan penipuan terjadi.
  • Big data analytics: Mengolah data transaksi, perilaku, dan histori klaim berskala besar untuk personalisasi produk, penetapan premi dinamis, dan keputusan yang lebih akurat.
Baca Juga: 7 Aplikasi Asuransi yang Bisa Dibuat dengan Low Code No Code 

Proyeksi dan Tantangan Industri Asuransi Indonesia 2025

Pebisnis menjelaskan proyeksi dan tantangan industri asuransi di Indonesia

Meskipun menunjukkan tren dan prospek yang positif hingga 2025, industri asuransi tidak luput dari berbagai tantangan, khususnya pada lini efisiensi biaya dan proses operasional serta integrasi data.

Perusahaan asuransi perlu alur kerja yang lebih cepat, akurat, dan terpadu agar pengalaman nasabah tetap terjaga.

Berikut beberapa tantangan yang paling sering muncul beserta pendekatan solusinya.

1. Kompleksitas proses klaim dan underwriting

Banyak perusahaan asuransi masih mengandalkan proses manual dalam pengajuan klaim, verifikasi dokumen, dan penilaian risiko (underwriting).

Akibatnya, keterlambatan layanan dan kesalahan manusia semakin rentan untuk terjadi serta keputusan cenderung tidak konsisten.

Aplikasi asuransi dengan workflow automation dan AI dapat menjawab permasalahan tersebut dengan kemampuan seperti:

  • Event-triggered actions: Otomatis jalankan flow saat terdapat aktivitas yang ditentukan. Misalnya, saat nasabah mengirimkan formulir klaim, sistem akan langsung mengecek polis, melakukan validasi manfaat, dan memberikan nomor tiket.
  • Scheduled workflows: Jalankan alur kerja secara terjadwal, misalnya rekonsiliasi klaim harian dan update status pembayaran.
  • Multi-step workflows: Rangkaian aksi berurutan dalam satu alur. Contohnya, ekstrak dan input data polis secara otomatis, jalankan verifikasi, dan update status di sistem klaim dan akuntansi.
Baca Juga: Cara Digitalisasi Proses Underwriting Asuransi Tanpa Coding

2. Integrasi antar departemen yang masih terfragmentasi

Banyak perusahaan menjalankan pemasaran, underwriting, keuangan, dan klaim dengan sistem berbeda.

Ini dapat berdampak pada data nasabah yang tidak sinkron serta proses operasional yang lambat karena bergantung pada penyerahan tugas secara manual.

Untuk mengatasinya, perusahaan dapat memanfaatkan integrated insurance ERP system yang memiliki kemampuan untuk: 

  • Menyatukan data pelanggan, polis, dan klaim secara real-time.
  • Memantau kebutuhan seluruh tim dalam satu dashboard terintegrasi.
  • Mempercepat akses kebutuhan masing-masing divisi melalui satu platform saja.
Baca Juga: 9 Vendor ERP Terbaik dan Tips Memilih Sesuai Skala Bisnis

3. Manajemen data polis dan dokumen yang tidak efisien

Praktik pengarsipan di industri asuransi seringkali masih berjalan secara manual sehingga file-file penting seringkali terpisah.

Akibatnya, sulit untuk melakukan pelacakan dokumen dan audit dengan cepat dan akurat.

Implementasi software asuransi berupa Document Management System (DMS) dan policy lifecycle management berbasis cloud dapat mengatasi masalah tersebut dengan cara:

  • Digitalisasi arsip dan menyentralisasikannya dalam satu tempat.
  • Menyediakan pencarian dokumen secara instan berdasarkan nama, divisi, maupun tanggal penerbitan.
  • Menyediakan kontrol versi yang jelas saat dokumen diakses dan diedit.

4. Kurangnya integrasi antara front-office dengan back-office

Tim sales dan customer service sering menggunakan tools berbeda dari tim operasional dan keuangan.

Ini dapat menyebabkan terhambatnya proses komunikasi sehingga koordinasi menjadi lambat dan melelahkan.

Aplikasi CRM yang terintegrasi dengan sistem keuangan dan klaim dapat menjadi solusi agar seluruh touch point pelanggan berada dalam satu ekosistem.

Ini memungkinkan:

  • Front-office dapat memantau informasi secara real-time
  • Back-office dapat menindaklanjuti dengan cepat saat ada keluhan atau kasus.

5. Rekonsiliasi keuangan dan komisi yang kompleks

Umumnya, perusahaan asuransi memiliki banyak jalur pembayaran premi, komisi, dan klaim yang masing-masing perlu verifikasi manual.

Prosesnya memakan waktu dan rawan terjadi kesalahan perhitungan. 

Untuk mengatasinya, perusahaan asuransi dapat menerapkan solusi berupa financial automation & reconciliation software yang terhubung dengan sistem akuntansi dan bank.

Fitur utamanya meliputi:

  • Rule-based matching: Cocokkan transaksi secara otomatis berdasarkan nominal, referensi polis, dan tanggal jatuh tempo.
  • Pencatatan otomatis di buku besar: Jurnal premi, klaim, cadangan, dan komisi terbukukan secara otomatis dalam sistem akuntansi.
  • Rekonsiliasi komisi agen/bancassurance: Hitung otomatis split komisi, potongan, dan settlement per mitra/periode.

6. Audit dan pelaporan yang lambat dan tidak akurat

Data keuangan dan operasional yang tersebar dapat menyebabkan proses audit internal dan pelaporan ke regulator memakan waktu lama.

Ada pula risiko kesalahan format dan angka serta kurangnya audit trail yang membuat proses review jadi berulang.

Perusahaan asuransi dapat menerapkan solusi Regulatory Technology (RegTech) integration untuk untuk: 

  • Compliance reporting otomatis secara digital
  • Audit trail digital melalui satu platform asuransi terpadu.

Itulah 6 permasalahan yang kini sedang dihadapi oleh sektor asuransi di Indonesia beserta aplikasi asuransi yang dapat menjadi solusi. 

Dengan digitalisasi dan platform teknologi yang tepat, setiap tantangan justru bisa menjadi katalis untuk mengembangkan prospek industri asuransi di Indonesia.

Rekomendasi Aplikasi Asuransi untuk Membantu Proses Bisnis Asuransi

Untuk menghadapi berbagai tantangan di tengah pertumbuhan industri asuransi, Anda perlu sistem terintegrasi untuk menghubungkan seluruh proses bisnis.

Aplikasi asuransi terintegrasi seperti Mekari dapat membantu dalam efisiensi proses kerja, mengurangi proses manual dan risiko human error, meningkatkan integrasi dan transparansi data, serta kemudahan lainnya.

Berikut beberapa kemampuan yang ditawarkan oleh platform asuransi Mekari:

Dengan solusi bisnis asuransi terintegrasi dari Mekari, Anda dapat mengoptimalkan proses operasional, memangkas biaya, dan meningkatkan margin serta profitabilitas bisnis asuransi.

Topik:
Keluar

WhatsApp WhatsApp kami