Mekari Insight
- Retailer dapat dengan cepat membuat aplikasi seperti POS, manajemen stok, dan CRM tanpa coding. Platform ini memungkinkan penyesuaian yang cepat terhadap perubahan pasar dengan keterampilan teknis yang minim.
- Dengan mengurangi ketergantungan pada tim IT dan pengembang eksternal, retailer dapat menghemat biaya pengembangan dan operasional sambil mendapatkan fleksibilitas untuk melakukan update secara real-time.
- Bangun 18 solusi software retail penting seperti POS, manajemen stok, dan CRM dengan mudah melalui Mekari Officeless.
Ketika pencatatan stok, manajemen pelanggan, hingga proses operasional dalambisnis retail masih dikelola secara manual atau terpisah, risiko human error, keterlambatan, dan banyak inefisiensi lainnya semakin tinggi.
Karena itu, banyak pelaku usaha kini beralih ke solusi teknologi yang cepat, fleksibel, dan hemat biaya. Salah satu opsinya adalah platform low code no code, yang dapat membuat aplikasi seperti POS, manajemen stok, hingga CRM tanpa coding.
Temukan 18 software retail yang dapat Anda buat tanpa ribet coding dari nol, melalui artikel ini.
Pengembangan software retail tanpa coding dengan low code no code
Low code dan no code adalah pengembangan aplikasi yang memungkinkan pengguna membangun software menggunakan interface visual dan komponen siap pakai.
Bedanya, low code masih memerlukan sedikit penulisan kode, sementara no code sepenuhnya tanpa coding.
Untuk bisnis retail, platform ini menawarkan keunggulan seperti:
- Pengembangan lebih cepat, cocok untuk kebutuhan operasional yang dinamis
- Tanpa perlu keahlian teknis, sehingga tim non-IT pun bisa membuat solusi sendiri
- Fleksibel dan hemat biaya, karena tidak harus membangun sistem dari nol
Baca Juga: Software Retail: Jenis Software dan Cara Memilihnya
Manfaat low code no code untuk industri retail
Low-code no-code retail membantu retailer membangun aplikasi lebih cepat tanpa harus bergantung penuh pada tim IT.
1. Percepatan pengembangan aplikasi dan solusi bisnis
Dengan low-code no-code retail, aplikasi bisa dikembangkan dalam hitungan hari, bukan bulan, sehingga bisnis lebih gesit merespons kebutuhan operasional.
2. Fleksibilitas adaptasi terhadap perubahan pasar dan kebutuhan pelanggan
Tren konsumen bisa berubah cepat. Platform ini memungkinkan retailer menyesuaikan fitur atau alur kerja (misalnya checkout atau stok online) tanpa harus membangun ulang sistem dari awal.
Update bisa dilakukan langsung oleh tim terkait tanpa menunggu siklus IT.
3. Pengurangan ketergantungan pada tim IT dan biaya pengembangan
Tidak semua retailer punya tim IT besar. Dengan low-code no-code retail, tim operasional atau marketing bisa membangun dan mengelola tools mereka sendiri, seperti form pemesanan, katalog digital, atau dashboard stok.
Ini mengurangi beban tim teknis dan memangkas biaya developer eksternal.
4. Meningkatkan kolaborasi lintas departemen dan inovasi internal
Karena tools ini mudah digunakan, tim di toko, gudang, dan kantor pusat bisa ikut berkontribusi mengembangkan solusi sesuai kebutuhan mereka.
Misalnya, tim sales bisa membuat form evaluasi promosi mingguan sendiri tanpa menunggu tim IT, mendorong budaya inovasi dari bawah ke atas.
1. Inventory & stock management

Retail bergantung pada ketersediaan barang yang akurat dan terpantau. Sistem inventory yang baik memantau ketersediaan item, pergerakan produk, level pemesanan ulang, dan transfer antar lokasi (misalnya gudang ke toko).
Fitur seperti pemindaian barcode, pelacakan batch, dan notifikasi otomatis membantu rotasi stok yang efisien dan mendukung kebutuhan omnichannel — terutama bagi retailer yang mengelola e-commerce dan toko fisik secara bersamaan.
Dengan platform low-code no-code retail, sistem inventory dapat dikembangkan dengan cepat, terintegrasi, dan disesuaikan dengan alur bisnis.
a. Real-time inventory tracking
Gunakan LCNC untuk membuat aplikasi yang menghubungkan gudang, toko fisik, dan e-commerce untuk melacak stok secara real-time. Misalnya, sistem bisa langsung mengurangi stok ketika terjadi transaksi online atau offline, lalu memperbarui dashboard pusat.
Integrasi dengan sistem POS dan ERP juga bisa ditambahkan untuk menjaga keakuratan informasi ketersediaan barang di seluruh channel, mencegah overselling, dan mempercepat pengambilan keputusan operasional.
b. Automated reordering system
Rancang aplikasi yang otomatis memicu pemesanan ulang saat stok mendekati batas minimum. Sistem dapat dirancang untuk mengirim notifikasi ke purchasing team atau langsung mengirim PO (purchase order) ke supplier terpilih.
Threshold dapat diatur berdasarkan kategori barang, lead time pengiriman, dan tren permintaan. Stok selalu tersedia, tanpa perlu cek manual harian yang menyita waktu.
c. Supply chain visibility
Kembangkan modul yang memungkinkan retailer memantau alur logistik dari awal hingga akhir—dari penerimaan barang di gudang pusat, distribusi ke cabang, hingga stok tersimpan di etalase.
Visualisasi jalur distribusi ini membantu tim logistik merespons cepat jika terjadi keterlambatan, mismatch kuantitas, atau kendala operasional. Data ini juga berguna untuk mengevaluasi efisiensi vendor logistik.
d. Inventory synchronization across channels
Buat aplikasi yang menyatukan stok antara toko fisik, e-commerce, dan marketplace dalam satu sistem. Saat satu produk terjual di Shopee, sistem langsung memperbarui jumlahnya di sistem POS toko dan website internal.
Ini mencegah penjualan barang yang sudah habis dan mengurangi refund karena kesalahan data stok. Sinkronisasi ini juga membantu perencanaan promosi yang lebih akurat karena informasi persediaan selalu up to date di semua channel.
2. Customer relationship management (CRM)
CRM di industri retail memungkinkan bisnis melacak interaksi pelanggan, preferensi, dan histori belanja lintas channel—baik online maupun offline.
Sistem ini mendukung personalisasi promosi, segmentasi pelanggan, hingga abandoned cart recovery.
Dengan platform low-code no-code retail, retailer bisa membuat sistem CRM yang terhubung langsung ke POS, e-commerce, dan kampanye promosi tanpa harus membangun dari nol.
a. Personalized marketing campaigns
Buat aplikasi yang otomatis mengelompokkan pelanggan berdasarkan pola belanja, frekuensi transaksi, lokasi, hingga respons terhadap promo sebelumnya. Dari situ, retailer bisa merancang kampanye email, voucher, atau promo eksklusif yang dikirim otomatis ke segmen yang relevan
Platform ini juga bisa diintegrasikan dengan email marketing atau WhatsApp API untuk pengiriman pesan yang dipersonalisasi secara otomatis.
b. Customer loyalty programs
Rancang sistem yang mencatat setiap transaksi pelanggan dan mengonversinya menjadi poin, reward, atau tier keanggotaan. Retailer bisa membuat aturan program seperti “1 poin per Rp10.000 belanja” atau “naik ke level Gold setelah 5x transaksi”.
Dengan LCNC, tampilan program loyalitas dapat dikustomisasi, misalnya menampilkan saldo poin di struk digital, aplikasi, atau akun pelanggan. Data loyalitas ini bisa digunakan untuk memberikan penawaran eksklusif dan memperkuat retensi.
c. Customer feedback & interaction systems
Bangun portal atau mobile app yang memungkinkan pelanggan mengirimkan ulasan, memberikan penilaian, atau menghubungi tim support langsung melalui aplikasi atau website, tersimpan dalam satu dashboard terpusat yang bisa diakses tim customer service.
Integrasi dengan live chat, chatbot, atau helpdesk juga bisa dilakukan tanpa coding kompleks. Selain meningkatkan kepuasan pelanggan, sistem ini membantu tim operasional mengidentifikasi masalah lebih cepat dan responsif.
Baca Juga: 10 Software CRM yang Wajib Dicoba Bisnis Indonesia
3. Supply chain management & shipment tracking
Retail membutuhkan manajemen rantai pasok yang efisien untuk menjamin pengiriman tepat waktu dan logistik yang minim hambatan.
Platform low-code no-code retail, bisa dimanfaatkan untuk membangun sistem pelacakan pengiriman, dashboard kinerja supplier, dan otomatisasi replenishment stok yang terintegrasi dengan penjualan.
a. Shipment tracking systems

Buat aplikasi yang terhubung dengan mitra logistik untuk melacak posisi barang secara real-time, baik dari supplier ke gudang maupun dari gudang ke toko atau pelanggan.
Status pengiriman bisa ditampilkan secara otomatis dan dikirimkan ke pelanggan melalui email atau notifikasi. Ini tidak hanya meningkatkan transparansi tapi juga mengurangi pertanyaan seputar status pengiriman.
b. Supplier performance dashboards
Kembangkan dashboard evaluasi supplier berbasis metrik seperti ketepatan waktu pengiriman, akurasi pesanan, dan tingkat komplain.
Informasi ini membantu tim purchasing mengambil keputusan berbasis data—misalnya, menurunkan porsi pemesanan ke supplier dengan performa buruk atau mengutamakan vendor yang konsisten. Dengan LCNC, dashboard ini bisa dihubungkan langsung ke data transaksi dan laporan klaim.
c. Automated stock replenishment
Integrasikan sistem penjualan dan stok untuk membuat alur replenishment otomatis. Misalnya, saat stok barang di cabang turun di bawah batas aman, sistem bisa secara otomatis mengirimkan permintaan transfer ke gudang pusat atau PO ke vendor.
Mekanisme ini juga bisa disesuaikan untuk mempertimbangkan lead time pengiriman, volume minimum order, dan tren musiman. Ini menjaga keseimbangan supply-demand dan mengurangi risiko kehilangan penjualan akibat kekosongan barang.
Baca Juga: Jenis-Jenis Supply Chain Management Berdasarkan Model Bisnis
4. Point of sale (POS)
POS saat ini berfungsi sebagai pusat kontrol retail — menggabungkan pengelolaan penjualan, data pelanggan, update inventory, dan analisis performa toko.
Dengan low-code no-code retail, retailer bisa membangun atau menyesuaikan sistem POS agar lebih sesuai dengan alur bisnis dan kebutuhan toko.
a. Unified customer profiles
Kembangkan sistem yang menyatukan data pelanggan dari berbagai sumber (website, marketplace, toko fisik) dalam satu tampilan.
Setiap transaksi akan memperkaya profil pelanggan dengan informasi baru—seperti produk favorit, metode pembayaran, atau cabang langganan. Ini memudahkan karyawan untuk memberikan pelayanan yang lebih personal dan akurat di seluruh channel penjualan.
b. Order fulfillment optimization
Buat sistem checkout yang fleksibel, memungkinkan pelanggan memilih metode pengambilan barang seperti ambil langsung di toko, pengiriman ke rumah, atau locker pick-up.
Sistem ini bisa disesuaikan untuk menampilkan opsi pengiriman berdasarkan stok terdekat, estimasi waktu, atau ongkos kirim terendah. Integrasi dengan gudang dan logistik internal juga bisa ditambahkan untuk memastikan order diproses cepat dan efisien.
Baca Juga: Point of Sales: Pengertian, Manfaat, Cara Kerja dan Aplikasi
5. Reporting dashboard
Retail yang berbasis data membutuhkan laporan yang cepat, akurat, dan terintegrasi lintas departemen.
Sayangnya, data yang tersebar di banyak sistem — mulai dari POS, inventaris, pemasaran, hingga CS — seringkali menyulitkan pengambilan keputusan yang tepat waktu.
Dengan platform low-code no-code retail, retailer bisa membangun dashboard laporan terpadu yang mudah digunakan oleh berbagai level manajemen.
a. Centralized data dashboards
Kembangkan dashboard terpusat yang menarik data dari berbagai sistem seperti penjualan, inventaris, CRM, dan customer support. Dashboard ini menampilkan metrik utama seperti total penjualan, stok terlaris, kepuasan pelanggan, hingga performa campaign dalam satu tampilan visual yang bisa disesuaikan.
Hasilnya, manajemen bisa mengambil keputusan lebih cepat tanpa harus mengolah data secara manual dari berbagai sumber.
b. Automated reporting
Buat sistem pelaporan otomatis yang mengirimkan ringkasan harian, mingguan, atau bulanan ke tim terkait. Laporan bisa mencakup status stok, performa toko, jumlah pengunjung, dan aktivitas pelanggan.
Semua data diproses secara otomatis berdasarkan waktu dan kriteria yang ditentukan, sehingga menghemat waktu tim dan mengurangi risiko kesalahan manusia dalam input atau penghitungan data.
c. Data analytics & forecasting tools
Kembangkan fitur analitik prediktif berbasis data historis penjualan. Misalnya, sistem bisa memproyeksikan permintaan produk tertentu menjelang momen tertentu seperti Lebaran atau Natal.
Retailer juga bisa memanfaatkan data ini untuk merencanakan strategi stok, alokasi anggaran, dan kampanye promosi yang lebih tepat sasaran. Semua proses analisis bisa dilakukan tanpa harus menulis skrip data secara manual.
6. Employee management
Industri retail bergerak cepat, dengan tim yang tersebar di toko, gudang, dan kantor pusat. HR system yang baik dibutuhkan untuk mengelola rekrutmen, jadwal kerja, absensi, hingga performa — terutama di tengah tantangan seperti turnover tinggi, jam kerja fleksibel, dan lonjakan trafik musiman.
Dengan platform low-code no-code retail, retailer bisa membangun sistem manajemen karyawan yang terhubung langsung dengan POS dan sistem operasional lainnya, sehingga pengelolaan SDM jadi lebih efisien, akurat, dan terstandarisasi.
a. Shift scheduling apps

Bangun aplikasi penjadwalan kerja otomatis yang mempertimbangkan jam sibuk, ketersediaan staf, dan aturan ketenagakerjaan. Sistem ini dapat menghasilkan jadwal mingguan untuk masing-masing toko dan langsung menginformasikan ke karyawan melalui aplikasi mobile.
Retailer juga bisa menyesuaikan shift berdasarkan data kunjungan atau penjualan harian agar alokasi staf selalu optimal.
b. Attendance & time tracking
Kembangkan aplikasi absensi yang memungkinkan karyawan clock in/out lewat smartphone atau tablet toko. Sistem ini juga bisa mencatat keterlambatan, lembur, dan izin, serta terhubung dengan sistem payroll untuk perhitungan gaji yang lebih akurat.
Selain itu, fitur ini membantu manajer memantau kehadiran tanpa harus mengelola absensi manual.
c. Performance monitoring & reporting
Buat dashboard evaluasi kinerja karyawan yang menampilkan metrik seperti target penjualan, tingkat layanan pelanggan, dan produktivitas individu. Informasi ini bisa digunakan untuk pemberian bonus, pelatihan, atau promosi internal secara lebih objektif.
Manajer pun bisa lebih mudah mengenali karyawan berpotensi tinggi serta yang membutuhkan pelatihan tambahan.
d. Recruitment portal
Rancang sistem rekrutmen internal yang menyederhanakan proses mulai dari posting lowongan, penyaringan pelamar, hingga onboarding.
Dengan workflow otomatis, HR bisa lebih cepat mengisi posisi yang kosong — baik untuk kebutuhan toko baru, seasonal hiring, maupun pengganti mendadak. Sistem juga dapat menyimpan riwayat pelamar dan mengatur tahapan seleksi agar konsisten dengan SOP perusahaan.
Rekomendasi platform low code no code untuk pengembangan software retail
Dengan banyaknya tantangan dalam industri retail — mulai dari pengelolaan stok multi-channel, CRM personalisasi, hingga manajemen karyawan shift — retailer membutuhkan platform yang fleksibel, cepat, dan efisien.
Untuk itu, Mekari Officeless menjadi pilihan platform low code no code terbaik yang sangat direkomendasikan.
- Kustomisasi cepat tanpa coding rumit: Cocok untuk berbagai proses operasional retail, termasuk POS, inventaris, CRM, dan SDM — semuanya bisa dibangun atau dimodifikasi dengan interface visual.
- Adaptif terhadap kompleksitas operasional: Setiap sistem dapat disesuaikan dengan struktur toko, gudang, channel penjualan, dan kebutuhan unik masing-masing bisnis retail.
- Terintegrasi secara menyeluruh: Platform ini mendukung integrasi antar sistem — mulai dari laporan penjualan, loyalty pelanggan, hingga penjadwalan karyawan — dalam satu alur kerja otomatis.
Mekari Officeless juga berperan sebagai vendor custom software retail berbasis low code no code, dengan pendekatan konsultatif dan implementasi cepat.
Pelajari lebih lanjut tentang bagaimana solusi industri retail dari Mekari dapat membantu bisnis Anda tumbuh lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan pasar.