Jika Anda memiliki rutinitas kerja memang tidak salah. Namun, satu hal yang harus diingat, Anda tidak bisa menghabiskan waktu hanya untuk bekerja. Situasi tersebut dikenal dengan istilah hustle culture. Rutinitas demikian bukanlah hal yang dianjurkan.
Kebiasaan buruk tersebut ditandai beberapa ciri yang signifikan. Selain itu, jika terjadi dalam waktu berkepanjangan bisa memberikan dampak yang negatif. Untuk lebih lengkapnya, simak uraian berikut!
Apa Itu Hustle Culture?
via GIPHY
Sebelumnya, pernahkah Anda mendengar hustle culture? Istilah yang digunakan untuk menyatakan situasi seseorang yang gila kerja.
Hustle culture adalah satu jenis standar yang dipercaya masyarakat mampu menggapai kesuksesan jika hidup didedikasikan untuk bekerja keras.
Kebiasaan ini menjadi salah satu budaya yang mendekati normal. Pasalnya, banyak orang yang melakukannya, tanpa memperhatikan kehidupan pribadi. Alhasil, pekerjaan produktif, tapi fisik dan mental tidak diperhatikan.
Para hustler menghabiskan waktunya untuk bekerja tanpa batasan waktu. Mereka menjadikan pekerjaan sebagai prioritas utama, tanpa memperhatikan kehidupan pribadi dalam sehari-hari.
Ciri-Ciri Hustle Culture
Bekerja keras memang suatu hal yang sangat bagus. Namun, jika dilaksanakan tanpa memperhatikan kesehatan tubuh, rasanya tidak adil untuk diri sendiri.
Anda mengabdikan diri pada pekerjaan, hingga melawan berbagai keinginan sampai kurang tidur. Hustle culture umumnya ditandai dengan ciri lainnya sebagai berikut:
- Pikirannya tidak lepas dari pekerjaan.
- Cenderung tidak memiliki waktu untuk bersantai.
- Melakukan istirahat akan memicu perasaan bersalah pada diri.
- Target yang dimiliki tidak realistis.
- Tidak jarang mengalami kelelahan dalam bekerja atau burnout.
- Tidak pernah merasa puas dengan pencapaian yang diraih.
Namun, menurut beberapa survei yang dilakukan, tidak sedikit ditemukan orang yang memiliki ciri hustle culture. Mereka beranggapan, kebiasaan tersebut normal.
Orang-orang hustler akan merasa bersalah ketika tidak bekerja lembur. Namun, di samping orang-orang yang membudayakan hustle, terdapat pula mereka yang work life balance.
Apa itu work life balance? Istilah ini digunakan untuk menyatakan situasi seseorang yang seimbang dalam karir dan kehidupan pribadinya. Hal ini merupakan kebalikan dari hustle culture.
Baca Juga: Karyawan Wajib Baca, Panduan Perhitungan Lembur yang Benar
Dampak dari Hustle Culture
Anda harus hati-hati dengan hustle culture, jika terperangkap di dalamnya, maka berbagai dampak negatif pun akan timbul. Di antara dampak yang bisa dirasakan yaitu:
1. Burnout Syndrome
Untuk mereka yang terperangkap hustle culture, memungkinkan terkena burnout syndrome. Istilah tersebut digunakan untuk kondisi seseorang yang mengalami stress tingkat kronis. Hal ini juga sering menyebabkan turnover karyawan dalam suatu perusahaan.
Dari segi fisik bisa dilihat tubuh lemas dan lelah. Selain itu, kesehatan mental pun tidak stabil dan mudah sakit. Inilah salah satu dampak yang sering timbul dari para hustler.
77% karyawan mengatakan bahwa mereka pernah mengalami burnout di pekerjaan mereka saat ini. (Deloitte, 2015)
Jika burnout syndrome terjadi secara berkepanjangan, maka bisa memicu penyakit lainnya yang membahayakan tubuh. Hal ini tentu akan mengancam kondisi fisik Anda. Ambillah cuti sebagai salah satu hak anda sebagai pekerja, lewat aplikasi HRIS yang digunakan oleh perusahaan anda.
Maka dari itu, di samping bekerja keras, Anda harus menerapkan pola hidup yang sehat.
Tetap perhatikan kesehatan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi disertai istirahat yang maksimal.
2. Khawatir Berlebih
Umumnya, mereka yang terdampak hustle culture sering merasa khawatir. Tidak jarang pula mereka merasa iri terhadap pencapaian orang lain.
Alhasil, situasi tersebut bisa membuat seseorang bekerja tanpa henti dan menghalalkan berbagai cara untuk meraih sukses. Situasi ini bisa ditemukan secara mudah.
Pada dasarnya, Anda harus menyadari, hidup bukan tentang perlombaan siapa yang menang dan kalah. Masing-masing orang memiliki fase tersendiri yang harus dilalui.
3. Kehidupan Pribadi Terabaikan
Hustle culture membuat seseorang tidak memiliki kehidupan pribadi. Tidak sedikit di antara mereka yang tidak menjalani hobi di luar pekerjaan. Bahkan, bingung dan merasa dirinya tidak memiliki hobi yang bisa dilakukan.
Kehidupan pribadi sangat luas cakupannya, baik dalam lingkungan sekitar, asmara ataupun hobi diri sendiri. Mereka para hustler tidak bisa menyeimbangkan kehidupan pribadi dengan karir secara maksimal. Alhasil, kehidupan pribadinya terabaikan.
Jika hal ini terjadi berkepanjangan, maka Anda akan tenggelam dalam budaya hustle. Kehidupan Anda pun akan dipenuhi dengan rutinitas kerja tiada henti. Akhirnya, Anda akan berakhir dengan kondisi gila kerja.
4. Budaya yang Sia-Sia
Tidak sedikit orang yang ingin memenuhi standar hustle culture. Berbagai cara dilakukan guna menunjukkan sikap bekerja keras. Namun, pada akhirnya mendapatkan hasil akhir yang sama. Budaya ini tentu sangat sia-sia dilakukan.
Anda bisa banting tulang tanpa henti dan tidak kenal waktu untuk pekerjaan. Namun, untuk beberapa situasi dan kondisi tertentu bisa mencapai hasil akhir yang serupa.
Apakah hustle culture memiliki dampak yang positif. Sejauh ini riset yang dilakukan menunjukkan budaya tersebut sama sekali tidak memberikan dampak yang positif.
Pasalnya, bekerja banting tulang tanpa batasan waktu hanya akan membuat fisik dan mental terganggu. Jadi, ada baiknya untuk menerapkan budaya work life balance.
Bagaimana Cara Menghadapinya?
Jika Anda merasa sudah terpapar hustle culture, segera hadapi dengan berbagai solusi yang bisa dicoba. Anda bisa menghadapinya dengan cara di bawah ini:
1. Hindari Membandingkan Diri
Berhentilah membandingkan diri dengan orang lain. Kehadiran media sosial tampaknya memberikan pengaruh besar untuk para hustler. Tekanan terbesar yang didapatkan umumnya berasal dari media sosial.
Tidak sedikit orang yang memamerkan pekerjaannya via media sosial. Bahkan di akhir pekan sekali pun tetap menyajikan cerita dirinya sedang bekerja.
Jika Anda melihat hal demikian, stop untuk membandingkan diri Anda. Orang lain memiliki fase berbeda dengan Anda. Begitu pun dengan Anda bisa menjalani fase yang dijajaki.
2. Menetapkan Batas yang Jelas
Cobalah untuk menetapkan batasan secara jelas. Dalam hal ini, Anda bisa membatasi diri dalam bekerja. Misalnya, menerapkan waktu kerja yang normal yakni 8 jam per-hari.
Batasan lainnya mencakup fisik yang harus beristirahat secara cukup. Hal ini harus Anda terapkan sebaik mungkin. Anda bisa menyajikan jadwal kapan waktu istirahat untuk fisik dan sebagainya.
Anda harus bisa menerapkan standar yang manusiawi. Mencoba menerapkan keseimbangan antara karir dan kehidupan pribadi Anda.
Jika Anda memiliki perusahaan dan karyawan yang menerapkan hustle culture, maka Anda perlu mengatur jam kerja mereka atau menggunakan aplikasi akuntansi agar karyawan dapat melakukan absensi kerja di mana saja dan kapan saja dengan jam kerja yang jelas.
Baca Juga: Aturan Jam Kerja Karyawan Sesuai UU Cipta Kerja Terbaru
3. Melakukan Hobi
Anda bisa melakukan hobi yang disukai. Cara ini menjadi salah satu langkah untuk bisa menikmati gaya hidup secara seimbang. Anda bisa meluangkan waktu luang untuk menikmati hobi. Di samping itu, Anda juga bisa melakukan pekerjaan yang dicintai.
Jangan biarkan hidup Anda dihabiskan dengan bekerja. Hargai hidup ini dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan. Selain itu, harus bisa bersikap adil pada diri sendiri.
Perlu Anda tahu, fisik dan juga mental harus dijaga dengan sebaik mungkin. Inilah tanggung jawab yang harus dipenuhi seseorang terhadap dirinya sendiri.
Alih-alih menghabiskan waktu untuk bekerja, Anda bisa menemukan titik keseimbangan dalam hidup. Anda pun akan merasakan kenyamanan dalam hidup.
4. Memaksimalkan Benefit Perusahaan
Perusahaan yang mengerti dengan karyawan akan memberikan benefit kepada karyawan yang sepadan.
Hal ini dilakukan oleh perusahaan agar karyawan merasa senang dan nyaman ketika bekerja di kantor walaupun pekerjaan yang harus dikerjakan kadang-kadang melebihi kapasitas karyawan tersebut.
Sebagai karyawan kita harus memaksimalkan segala benefit yang diberikan seperti akses gaji lebih awal (earned wage access), fasilitas olahraga, voucher belanja online dan lain sebagainya.
Nah, itulah informasi yang bisa Anda simak terkait hustle culture. Sebuah budaya yang hendaknya Anda hindari. Sebaliknya, Anda bisa menerapkan budaya work life balance. Selanjutnya, hidup Anda pun akan lebih seimbang dan bermakna.