Mekari Insight
- Manajemen konflik adalah proses pengelolaan situasi perselisihan atau konflik agar mencapai solusi yang menguntungkan.
- Jenis strategi manajemen konflik ada 5 tipe, seperti avoiding, accommodating, collaborating, compromising, dan competing.
- Software HRIS dengan fitur employee survey dapat membantu perusahaan mengidentifikasi konflik lebih awal dan menyusun strategi yang lebih tepat sasaran.
Dalam bisnis, manajemen konflik adalah keterampilan penting yang harus dimiliki setiap individu maupun perusahaan.
Konflik bisa muncul kapan saja, baik antar rekan kerja, tim, maupun departemen, dan jika tidak dikelola dengan baik dapat mengganggu produktivitas serta suasana kerja.
Secara umum, manajemen konflik adalah proses mengelola situasi perselisihan atau konflik agar semua pihak dapat mencapai solusi yang saling menguntungkan.
Dengan strategi manajemen konflik yang efektif, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang harmonis, meningkatkan produktivitas, dan mendorong pertumbuhan bisnis.
Pengertian Manajemen Konflik
Manajemen konflik adalah suatu pendekatan atau suatu kegiatan yang dilakukan untuk komunikasi dengan pihak yang terkait dengan konflik tersebut.
Ini sejalan dengan pendapat Howard Ross yang menyebut bahwa manajemen konflik adalah langkah untuk mengarahkan konflik agar mencapai penyelesaian yang menghasilkan ketenangan atau hasil mufakat.
Meskipun biasa terjadi, konflik dapat memperburuk keadaan perusahaan sehingga perlu manajemen konflik yang baik untuk menghindari membesarnya masalah.
Strategi manajemen konflik yang baik dalam perusahaan berfungsi untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan karyawan serta reputasi perusahaan.
6 Langkah Manajemen Konflik dalam Organisasi dan Perusahaan
Strategi manajemen konflik yang tepat memerlukan pendekatan yang sistematis dan terstruktur.
Ada 6 langkah dalam menjalankan manajemen konflik, yakni identifikasi konflik, analisis, komunikasi dan diskusi, menyepakati solusi, implementasi, dan evaluasi.
1. Identifikasi Konflik
Langkah pertama dalam manajemen konflik adalah mengenali adanya konflik sejak dini.
Pahami tanda-tanda awal seperti penurunan komunikasi, ketegangan, atau perbedaan pendapat yang mulai memanas.
Gunakan survei singkat atau pertemuan informal untuk mengumpulkan sinyal awal.
Anda dapat memanfaatkan software HRIS untuk mengumpulkan survey atau informasi tersebut.
Identifikasi dan penanganan konflik yang cepat dapat mencegah masalah membesar dan meminimalkan dampak negatif pada tim.
Baca Juga: 10 HRIS Application Terbaik untuk Tingkatkan Manajemen SDM
2. Analisis dan Diagnosis Konflik
Setelah konflik terdeteksi, lakukan analisis mendalam untuk memahami sumber utama penyebabnya.
Tahap ini mencakup pengumpulan informasi dari semua pihak yang terlibat untuk mengetahui akar masalah dan pilihan-pilihan solusinya.
Diagnosis yang tepat menentukan strategi penyelesaian yang paling efektif dan menjadi landasan untuk merancang solusi yang tepat.
3. Komunikasi dan Diskusi
Proses komunikasi adalah inti dari manajemen konflik yang efektif.
Komunikasi dan diskusi perlu dilakukan dengan jujur, terbuka, dan konstruktif.
Fasilitasi diskusi di mana semua pihak dapat menyampaikan perspektif dan kekhawatiran mereka secara terbuka.
Kombinasikan brainstorming dan mediasi kecil untuk memunculkan ide penyelesaian bersama, tanpa menyudutkan pihak manapun.
4. Menyepakati Solusi Bersama
Harapan dari proses komunikasi dan diskusi yang sebelumnya adalah munculnya kesepakatan solusi dari semua pihak yang terlibat.
Negosiasi dan kolaborasi menjadi kunci untuk menemukan win-win solution yang memuaskan semua pihak.
Terapkan prinsip saling memberi dan menerima (give-and-take) untuk mencapai kesepakatan yang adil dan win-win solution tersebut.
Buat kesepakatan tertulis yang memuat tindakan, tenggat waktu, dan pihak bertanggung jawab agar implementasi berjalan lancar.
5. Dokumentasi dan Implementasi
Dokumentasikan setiap keputusan dalam notulen resmi dan catat tugas atau aktivitas yang harus dilakukan sebagai implementasi dari hasil diskusi.
Anda dapat memanfaatkan software manajemen kinerja karyawan untuk memberikan tugas, menentukan penanggung jawab dan batas waktu, serta memantau progres yang berjalan.
Pastikan setiap peserta memiliki akses ke hasil dokumentasi untuk meminimalkan miskomunikasi.
6. Evaluasi
Terakhir, lakukan evaluasi terhadap proses penyelesaian konflik dan hasilnya.
Apakah solusi efektif? Apakah ada aspek yang masih bisa dan perlu diperbaiki?
Evaluasi ini dapat meningkatkan proses manajemen konflik di masa depan dan memastikan perusahaan tetap produktif dan minim konflik.
6 Jenis Strategi Manajemen Konflik dalam Perusahaan
Dalam model Thomas–Kilmann, terdapat lima jenis cara mengelola konflik berdasarkan tingkat assertiveness dan cooperativeness.
Jadi, tingkat efektivitasnya tidak sama antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, bergantung pada individu-individu yang terlibat.
Bahkan dalam satu perusahaan, strategi manajemen konflik yang tepat dapat berbeda untuk masing-masing tim.
Strategi dan langkah menyelesaikan konflik dalam tim pemasaran tentu berbeda dengan tim engineering atau accounting.
Untuk itu, penting untuk mengetahui jenis-jenis strategi manajemen konflik.
5 strategi utama dalam manajemen konflik adalah avoiding (menghindar), accommodating (mengakomodasi), competing (bersaing), compromising (berkompromi), dan collaborating (berkolaborasi).
1. Avoiding (Menghindar)
Avoiding adalah menghindari konflik secara langsung atau pun menunda penyelesaiannya.
Strategi ini berguna jika masalahnya remeh atau membutuhkan penenangan emosi sebelum diskusi, namun berisiko meninggalkan isu tidak terselesaikan dan menimbulkan frustrasi.
2. Accommodating
Accommodating adalah penyelesaian konflik dengan cara mengumpulkan berbagai pendapat pihak yang terlibat dengan konflik.
Setelah itu, musyawarah akan dilakukan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.
Dengan mengakomodasi pendapat pihak yang terlibat, diharapkan keputusan yang diambil tidak berat sebelah.
3. Compromising
Cara ini mirip dengan accommodating, tetapi ada sedikit perbedaan antara keduanya.
Jika accommodating adalah mengumpulkan pendapat dari pihak yang terkait konflik, compromising adalah mengambil keputusan untuk jalan keluar yang tetap menguntungkan kepentingan bersama.
Ada 3 bentuk kompromi yaitu:
- Separasi, yakni cara memisahkan pihak yang terlibat konflik agar konflik bisa terselesaikan.
- Atrasi, yang berarti persetujuan atas keputusan pihak ketiga untuk menyelesaikan konflik.
- Mengambil keputusan dengan kebetulan tetapi sesuai dengan aturan yang berlaku dan tetap adil.
4. Collaborating
Collaborating adalah langkah yang diambil untuk menyelesaikan konflik dengan cara berkolaborasi.
Kolaborasi berguna untuk menyelesaikan konflik dan tetap mementingkan kepentingan kedua pihak secara adil.
5. Competing
Competing adalah cara mengelola konflik yang membuat pihak yang terkait bersaing untuk memenangkan kepentingan masing-masing pihak.
Dengan cara ini, tentunya akan ada pihak yang kalah dan yang menang.
6. Conglomeration
Selain 5 strategi utama di atas, ada satu lagi cara untuk menyelesaikan konflik, yakni conglomeration.
Conglomeration adalah cara menyelesaikan konflik bisnis dengan menggabungkan 5 tipe manajemen konflik di atas.
Cara ini memang menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk mencapai penyelesaian, tetapi hasilnya bisa sangat efektif.
Pentingnya Strategi Manajemen Konflik Bagi Perusahaan
Manajemen konflik yang terstruktur adalah kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan harmonis.
Dengan pendekatan yang tepat, setiap konflik justru dapat menjadi peluang pengembangan kompetensi karyawan dan inovasi proses bisnis.
1. Meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan
Manajemen konflik yang efektif mencegah ketegangan berkepanjangan dan memungkinkan karyawan untuk fokus pada tugas utama.
Dengan demikian, produktivitas karyawan, baik dalam kualitas maupun kuantitas, meningkat secara signifikan.
2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan rasional
Proses penyelesaian konflik menuntut karyawan menganalisis situasi, merumuskan solusi inovatif, dan mengevaluasi konsekuensi secara logis.
Dengan demikian, keterampilan berpikir kritis dan kreatif terus terasah.
3. Meningkatkan Keterampilan Karyawan dalam Mengatasi konflik
Dengan rutin berlatih mediasi, negosiasi, dan kolaborasi dalam menangani perbedaan pendapat, karyawan menjadi lebih mahir dalam menyelesaikan perselisihan secara konstruktif dan cepat.
4. Memperkuat rasa saling menghormati dan penerimaan perbedaan
Dialog terbuka dan kebijakan inklusif membentuk budaya kerja yang menghargai keragaman pandangan, sehingga tim lebih solid dan komunikatif.
5. Mencegah eskalasi konflik dan menjaga stabilitas tim
Identifikasi dini dan penanganan terstruktur mengurangi risiko masalah membesar, menjaga suasana kerja tetap harmonis, serta meminimalkan gangguan operasional.
Minimalkan Konflik dengan Penggunaan Software Terintegrasi
Manajemen konflik yang baik dapat meminimalkan konflik di perusahaan Anda.
Anda juga dapat membuat proses kerja bisnis menjadi lebih efisien serta minim miskomunikasi dan konflik dengan bantuan software terintegrasi.
Mekari menyediakan software ERP untuk membuat pekerjaan setiap tim dapat saling terintegrasi sehingga miskomunikasi dapat dihindari.
Salah satu produk Mekari adalah Mekari Talenta, software HRIS untuk membantu proses manajemen konflik perusahaan Anda.
Mekari Talenta hadir dengan fitur Forms+ untuk survei karyawan untuk memudahkan identifikasi konflik sejak dini.
Tak hanya itu, Mekari juga menghadirkan Mekari Jurnal, software akuntansi yang memastikan adanya transparansi untuk meminimalisasi konflik di bidang keuangan.
Bersama Mekari, wujudkan lingkungan kerja yang harmonis, produktif, dan tepat sasaran dalam menghadapi setiap konflik.