Sejak Oktober 2023, konflik yang terus berlangsung antara Israel dan Palestina telah membawa dampak yang berat, mengakibatkan banyak korban jiwa dan kehancuran yang signifikan.
Dampaknya meluas jauh di luar medan perang, mempengaruhi berbagai sektor, terutama ekonomi global. Konflik yang meningkat ini telah mengguncang sistem keuangan, mengganggu perdagangan, mengancam infrastruktur, dan mengikis kepercayaan investor.
Seiring berlanjutnya konflik, dinamika ekonomi di seluruh dunia akan terus terguncang, sehingga penyelesaian konflik harus menjadi prioritas utama.
Dampak konflik Israel-Palestina pada ekonomi global
Konflik ini secara langsung mempengaruhi jalur perdagangan maritim penting, menyebabkan gangguan dalam rantai pasokan global:
1. Rute perdagangan Laut Merah dan Terusan Suez terhambat
Terusan Suez adalah jalur utama perdagangan global yang menghubungkan Laut Tengah dengan Laut Merah, dengan sekitar 15% volume perdagangan maritim dunia melewati jalur ini.
Namun, serangan misil dan drone terhadap kapal kargo di Laut Merah telah menyebabkan gangguan besar. Beberapa perusahaan pelayaran terbesar di dunia telah menunda transit di wilayah ini, memaksa kapal-kapal untuk mengambil jalur yang lebih panjang.
Jalur alternatif ini meningkatkan waktu dan tarif pengiriman, yang mempengaruhi profitabilitas dan efisiensi perdagangan secara keseluruhan.
2. Gangguan pasokan minyak dan energi di Timur Tengah
Serangan terhadap kapal kargo di wilayah Timur Tengah menimbulkan kekhawatiran tentang stabilitas jalur transportasi minyak di wilayah tersebut. Sepertiga dari minyak Brent dunia (patokan minyak internasional) berasal dari Timur Tengah, membuat Terusan Suez menjadi jalur kritis untuk pengiriman minyak.
Namun, setiap eskalasi atau gangguan yang berkepanjangan dapat mempengaruhi harga minyak dan pasar energi global. Eskalasi konflik sering menyebabkan kenaikan harga minyak karena kekhawatiran akan gangguan pasokan. Kenaikan harga ini berdampak pada pasar global, meningkatkan inflasi, dan menyebabkan ketidakstabilan ekonomi.
Ancaman konflik Israel Palestina bagi ekonomi global
Dampak dari konflik ini tidak hanya dirasakan di wilayah sekitar, tetapi juga memengaruhi sektor-sektor penting dan menciptakan efek berantai di seluruh dunia:
1. Harga minyak berpotensi melonjak hingga 150$ per barel
Bank Dunia memperingatkan bahwa harga minyak bisa melebihi $150 per barel jika konflik di meningkat, menyebabkan lonjakan besar dalam harga energi dan makanan seperti setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Saat ini, harga minyak stabil sekitar $90 per barel dan diperkirakan turun, tetapi situasi ini bisa berubah cepat. Dalam skenario terburuk, harga minyak bisa mencapai $140-$157 per barel. Jika krisis tidak meningkat, harga minyak diperkirakan turun menjadi $81 per barel.
2. Harga pangan ikut meningkat
Naiknya harga minyak juga berdampak pada harga pangan. Harga energi yang lebih tinggi dan gangguan pada jalur perdagangan dan rantai pasokan juga mempengaruhi distribusi makanan.
Hal ini dapat menyebabkan inflasi tinggi, mempengaruhi komoditas lain, dan meningkatkan ketidakamanan pangan, terutama di negara berkembang.
3. Ancaman inflasi: bank sentral menaikkan suku bunga
Kenaikan harga minyak dan makanan berkontribusi pada tekanan inflasi global. Bank sentral di seluruh dunia memantau situasi dengan cermat dan siap untuk menyesuaikan suku bunga mereka sebagai respons.
Salah satu dampak utama dari kenaikan suku bunga adalah meningkatnya biaya pinjaman untuk bisnis dan konsumen. Hal ini dapat memperlambat investasi dan pengeluaran, yang pada akhirnya dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, suku bunga yang lebih tinggi dapat memengaruhi keputusan investasi, menarik modal dari pasar negara berkembang ke negara maju dengan suku bunga yang lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan fluktuasi nilai tukar dan berdampak pada keseimbangan perdagangan.
4. Serangan Houthi mengancam komunikasi dan data keuangan di Eropa & Asia
Serangan Houthi terhadap kabel bawah laut di Laut Merah menyebabkan gangguan signifikan pada internet dan telekomunikasi global. Kabel-kabel penting yang menghubungkan Asia dan Eropa ini terputus, berdampak pada kelangsungan bisnis, transaksi keuangan, dan stabilitas pasar.
Upaya perbaikan sedang berlangsung, namun dibutuhkan waktu dan sumber daya yang besar. Penting untuk meningkatkan ketahanan infrastruktur komunikasi bawah laut dan memperkuat keamanan siber untuk mencegah gangguan serupa di masa depan.
Dampak konflik Palestina-Israel ke Perekonomian di Indonesia
Konflik Palestina dan Israel berdampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia. Mulai dari pelemahan nilai tukar rupiah, kenaikan harga minyak, meningkatnya harga pangan, hingga berbagai tantangan logistik.
1. Pelemahan nilai tukar rupiah
Nilai tukar rupiah Indonesia telah merosot ke level terlemah dalam empat tahun terhadap dolar AS. Pekerja yang dibayar dalam rupiah melihat daya beli mereka menurun saat mentransfer uang ke keluarga di luar negeri, sementara importir mengalami lonjakan biaya untuk barang impor, berpotensi mendorong inflasi dan mengganggu stabilitas ekonomi.
Pemerintah telah mengambil langkah-langkah stabilisasi, namun diperlukan kebijakan ekonomi berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan dan daya saing ekspor Indonesia guna meminimalisir dampak jangka panjang dari pelemahan rupiah.
2. Kenaikan harga minyak dan bahan bakar
Harga minyak sendiri bersifat sensitif terhadap berbagai faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik, sentimen investor, dan gangguan pasokan. Konflik Israel – Palestina, dapat memperburuk volatilitas harga dan memperpanjang periode kenaikan.
Harga minyak yang lebih tinggi berdampak langsung pada biaya transportasi dan secara tidak langsung mempengaruhi biaya produksi pangan. Hal ini dapat memicu siklus kenaikan harga yang lebih luas.
3. Meningkatnya harga komoditas pangan
Harga pangan global mencapai rekor tertinggi awal tahun ini, memicu kekhawatiran akan ketidakamanan pangan dan ketegangan sosial di berbagai negara. Lonjakan harga ini membebani pemerintah dengan meningkatnya tagihan impor pangan, sementara kapasitas mereka untuk program perlindungan sosial seringkali terbatas.
Berbagai faktor berkontribusi terhadap situasi ini, termasuk keterbatasan pasokan, fenomena La Niña yang mengganggu produksi pertanian, dan guncangan geopolitik yang berkelanjutan.
Di Indonesia, dampak kenaikan harga pangan ini sudah terasa pada anggaran rumah tangga dan pola pengeluaran konsumen. Populasi rentan dirugikan karena mereka memiliki akses yang lebih terbatas terhadap makanan dan sumber daya lainnya.
4. Biaya logistik untuk ekspor ke Eropa meningkat
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI), Benny Soetrisno, menyatakan bahwa konflik di Laut Merah berdampak signifikan pada distribusi barang, khususnya menaikkan ongkos logistik hingga 14 persen.
Hal ini menyebabkan harga barang di negara tujuan menjadi lebih mahal. Konflik tersebut juga memperlambat pengiriman ekspor Indonesia ke Eropa dan negara-negara mediterania, dengan waktu pengiriman tertunda sekitar 10-14 hari. Akibatnya, aktivitas ekspor global termasuk Indonesia mengalami penurunan karena peningkatan biaya logistik yang mengurangi permintaan pasar.
Kesimpulan
Konflik ini mengganggu rantai pasokan minyak, menyebabkan harga minyak naik secara global. Indonesia, sebagai pengimpor minyak bersih, menghadapi biaya yang lebih tinggi. Selain itu, volatilitas mata uang akibat ketegangan geopolitik mempengaruhi sektor keuangan Indonesia.
Investor mungkin mencari aset yang lebih aman, yang berdampak pada nilai tukar rupiah. Selanjutnya, ketidakstabilan regional dapat menghambat hubungan perdagangan, menimbulkan tantangan bagi bisnis dalam mengekspor atau mengimpor barang.
Untuk mengurangi dampak ini, Indonesia perlu waspada dan siap. Memantau harga minyak, mencari sumber energi lain, dan berdialog secara diplomatik bisa membantu menstabilkan ekonomi. Selain itu, memperkuat hubungan dagang dan strategi manajemen risiko akan membantu menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.