Seorang wanita yang telah menyandang status istri dan ibu yang merangkap pekerja atau working mom, seringkali dipandang sebelah mata profesionalitasnya.
Mereka dianggap kurang berkomitmen pada perusahaan, kurang cekatan dalam bekerja, hingga diaanggap kurang loyal dalam perusahaan.
Penilaian seperti inilah yang juga meresahkan para wanita bekerja atau working mothers.
Faktanya, perusahaan dapat mengambil keuntungan dari para pekerja wanita yang berstatus sebagai ibu dan pekerja professional.
Seorang ibu yang terbiasa menangani berbagai hal di rumah, bisa juga mengasah kemampuannya lebih jauh dengan mengerjakan tugas kantor.
Menurut artikel yang dikutip dari Huffingtonpost, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh working mothers untuk memecahkan sterotipe yang mengganggu tersebut, Apa sajakah itu?
Tidak kehilangan kemampuan bekerja setelah cuti panjang
Menurut banyak penelitian, seorang karyawan yang telah kembali dari libur panjang cenderung memiliki semangat yang tinggi saat kembali dari kantor.
Mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan suatu masalah.
Hal yang sama seharunya juga dapat terjadi pada working mothers.
Meskipun mereka berhenti sementara untuk mengurus pekerjaan selama cuti hamil, hal tersebut seharusnya tidak akan menghilangkan keterampilan kerja yang selama ini telah dibangun.
Sebagai working mom harus melatih diri untuk mengambil keputusan di bawah tekanan
Mari kita ambil contoh saat pagi hari di rumah dimana suatu keluarga terdiri dari dua anak dan suami bekerja.
Banyak hal yang harus ditangani dalam waktu cepat bukan?
Mulai dari menyiapkan sarapan, menyiapkan keperluan suami dan anak, belum lagi menyiapkan keperluan bekerja untuk diri sendiri.
Seorang ibu harus mengambil tindakan cepat untuk menyelesaikan hal-hal tersebut bukan?
Hal itu seharusnya mengindikasikan bahwa ibu bekerja terlatih mengambil keputusan yang cepat dan tepat.
Hal ini juga dapat dijadikan acuan bahwa seorang ibu dapat melatih dirinya untuk mengabil keputusan di bawah tekanan.
Keterampilan ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pekerjaannya di kantor, apalagi untuk working mothers yang cukup ambisius untuk memiliki karir yang progresif.
Pertajam kemampuan bernegosiasi
Kemampuan bernegosiasi ini penting untuk dimiliki setiap pegawai.
Tak terkecuali para working mothers / working mom.
Mereka pun juga dapat memiliki kesempatan yang sama untuk mempertajam kemampuan negosiasi dengan baik.
Terlebih jika mereka sudah terbiasa bernegosiasi dalam memecahkan berbagai masalah di keluarga.
Multitasking boleh, namun tetap harus tahu tempat
Salah satu kelebihan wanita yang telah berkeluarga adalah mampu mengerjakan banyak hal dalam satu waktu.
Namun kebanyakan perusahaan menganggap bahwa multitasking justru membahayakan dan kerap membuat pekerjaan utama terdistraksi.
Sebenarnya multitasking ini bagus, namun harus tahu tempat.
Hindari multitasking saat sedang rapat atau sedang dikejar deadline
Sebagai working mom juga harus bisa jaga komitmen
Ketika seorang wanita sudah memiliki anak, prioritas hidupnya biasanya akan berubah.
Wanita bekerja yang sudah menjadi ibu akan lebih memilih pulang ke rumah untuk mengurus anak yang sakit dibanding menyelesaikan pekerjaan.
Hal inilah yang kerap kali dinilai perusahaan sebagai kelemahan wanita yang telah memiliki anak.
Bahkan sebagian ibu bekerja memilih untuk berhenti dari perusahaan agar dapat memberikan seluruh waktunya mengurus keluarga.
Namun, saat ini banyak perusahaan yang telah menyadari pentingnya kontribusi dan kelebihan working mother dalam perusahaan.
Untuk itu mereka juga mencoba mencarikan jalan keluar untuk membuat mereka nyaman berada di kantor.
Salah satunya dengan memberikan banyak “kelonggaran” untuk ibu-ibu yang bekerja seperti ruang menyusui yang nyaman.
Jika perusahaan juga memberi kemudahan pada working mom, seharusnya mereka juga dapat menjadikan hal itu untuk bekerja lebih giat dan berkomitmen.